SPORTJABAR-Insiden kekerasan yang melibatkan penonton usai Big Match Persib kontra Persija Senin (23/9/2024) di Stadion si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung mengejutkan banyak pihak karena terjadi saat Persib memenangi laga klasik melawan tim berjuluk Macan Kemayoran.
Seharusnya penonton yang hadir merayakan kemenangan tim kesayangannya dengan penuh suka cita, bukan malah melakukan kericuhan. Viking Persib Club (VPC) sebagai komunitas bobotoh terbesar merilis statemen resmi menyikapi insiden tersebut.
Terdapat lima poin penting yang disampaikan dalam statemen resmi bobotoh menyikapi insiden kerusuhan 23 September 2024.Berikut statemen lengkapnya:
Komunitas Bobotoh tidak menghendaki berbagai bentuk kekerasan, termasuk yang terjadi usai laga Persigb vs Persija. Selain menimbulkan korban luka dari pihak match steward, aksi kekerasan memang tak bisa ditolerir. Hal itu membuat proses mengurai akar persoalan menjadi terdistraksi hal yang tidak perlu.
Bahwa selama lima pertandingan awal musim ini Persib sama sekali tidak mendapatkan sanksi dari PSSI (dan menjadi sejarah baru) adalah bukti nyata bahwa Bobotoh pada umumnya dan komunitas Bobotoh pada khususnya sangat bisa kooperatif dengan regulasi dan terbukti juga siap menempuh perjalanan musim ini dalam suasana yang kondusif.
Insiden kekerasan dan pelecehan seksual usai pertandingan melawan Port FC yang direspons dengan tidak memuaskan (di satu sisi cepat merespons saat Bobotoh dianggap bersalah, tapi bertele-tele ketika dugaan pelakunya adalah bagian dari manajemen), sehingga memaksa komunitas Bobotoh turun ke jalan sekadar untuk didengarkan, membuat pencapaian dalam 5 laga awal tadi itu menjadi tercoreng dan akhirnya berbuntut panjang.
Eskalasi persoalan mesti segera dihentikan karena persoalan mendasarnya bukan antara Bobotoh dengan pemain atau match steward, melainkan sikap manajemen yang dari waktu ke waktu semakin tertutup dari berbagai kritik maupun aspirasi para Bobotoh. Manajemen seperti tidak mengenali Bobotohnya sendiri dan sebaliknya Bobotoh merasa bahwa klub ini bukan seperti yang mereka kenal sebelumnya.
Menghendaki penuntasan kasus-kasus kekerasan (baik yang terjadi usai laga Persib vs Persija atau usai laga Persib vs Port FC maupun tragedi 17 Juni 2022 di GBLA) mutlak ditindaklanjuti oleh keterbukaan dalam berkomunikasi dengan cara yang egaliter dan tidak mengedepankan bahasa kekuasaan.
Tanpa hal itu, akumulasi persoalan akan terus berlangsung dan kita akan terjebak dalam siklus persoalan yang sama terus menerus.
Viking mengimbau seluruh pendukung Persib Bandung tetap bersatu dan mengawal masalah ini sampai tuntas.(*)